Menanggapi kontroversi - Saya Indonesia, Saya Pancasila

05:09 rafi 4 Comments


Logo Saya Indonesia Saya Pancasila

Sebuah Kontemplasi pasca Hari Kesaktian Pancasila

Kemarin, di hari kesaktian pancasila, newsfeed instagram, facebook, dan twitterku dibanjiri foto anak muda, yang bertuliskan "Saya Pancasila, Saya Indonesia". Sebagai orang yang sering campaign tentang lingkungan, aku tidak begitu heran, karena aku pun begitu sering mengajak teman-temanku untuk mengenakan template foto yang menyiratkan pesan yang kami bawa. Dalam bentuk acara apapun, kami sering melakukannya. Entah itu pensuasanaan, atau memang pure campaign untuk membawa pesan tersirat. 

Jujur, walaupun aku tidak ikut berpartisipasi pada gerakan tersebut, aku sendiri sangat senang dan penuh keyakinan. Dibalik foto-foto ini, banyak orang yang mulai membuka dan mengeksplor kembali lembaran-lembaran lama, yang bertuliskan makna dari Pancasila. Aku berfikir positif, anak-anak muda ini, mulai me-refresh kembali butiran-butiran pancasila, dan bagaimana mengamalkannya. Yaps, that's the point of this campaign, encouraging youth to understand what it is to be Indonesian, especially those who support Pancasila, as their fundamental ideology through their life.

Namun ternyata, aku masih heran dengan manusia. Kampanye yang begitu positif, yang dibuat untuk mengajak kembali anak muda untuk mengerti apa artinya pancasila, bagaimana menjadikannya sebagai ideologi dasar, yang bisa menuntun generasi ini ke arah yang lebih baik, harus dikotori dengan tulisan-tulisan sinis terkait hal tersebut. Ada yang mengatakan kalimat ini Egois karena menggunakan kata "Saya" bukan menggunakan "Kita". Atau bahkan, ada yang mengatakan bahwa para netizen ini hanya demam dan ikut-ikutan trend belaka, sok nasionalis, sok bhinneka tunggal ika, sok cinta pada keberagaman. OMG, akupun mulai berfikir "Se-pesimis itu kah negara ini? Sampai-sampai aksi seperti ini harus dikritik pedas? Se-pesimis itukah kalian terhadap kami, para millennials yang terkesan amburadul, liberal, tidak perduli aturan, dsb?". Aku akan siap menjawab "Tidak!", aku pribadi masih punya mimpi untuk bangsa dan negara ini, dengan aksi-aksi kami, dengan kampanye-kampanye kami, dengan tulisan-tulisan kami, prestasi kami, yaps, aku masih se-optimis itu.

Ada juga hal yang perlu digarisbawahi, janganlah kalian mengecam seseorang yang memulai dengan "ikut-ikut-an" (dalam istilah positif yah), karena pada dasarnya, manusia dibentuk dengan cara seperti itu, kan?. Kalau diingat-ingat, apa yang kita pelajari sejak kecil juga hasil ikut-ikutan. Tidak ada salahnya juga, kan?. Siapa yang bisa menyangka, kalau orang-orang yang awalnya hanya ikut-ikutan relawan, bisa menjadi aktivis lingkungan, kebencanaan, pendidikan, kesehatan, dan masih banyak lagi. Karena, somehow, dengan ia mencoba ikut-ikutan, ia mulai tertarik untuk mempelajari lebih dalam, ia mau mencoba untuk mengerti, bahwa yang ia perjuangkan, itu benar.

So gaes, masih mau berfikiran negatif lagi?

PS. This post won't judge every Indonesian pessimistic. As pedestrian, I already realize, from thousands of people, there might be several outliers which will be breaking the law (riding their vehicles on the sidewalk), and they might come from every religion, race, or community, but it won't judge those groups at all, because once again, they're just ..... outliers!


You Might Also Like

4 comments:

  1. Setuju! Saya belakangan masih heran kenapa sih untuk gerakan sepositif ini yg diikuti banyak pemuda masih saja dapat tanggapan negatif. Baik itu secara tatanan bahasa, ataupun dari gerakan itu sendiri yg terkesan ikut-ikutan. Hello, bukankah itu tujuan dari suatu kampanye ya? Mengaja orang-orang terdekat untuk ambil andil dalam memaknai pancasila ..... Huft

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaaa :") Gue kalo kampanye tentang lingkungan kan punya banyak tujuannya, salah satunya yah itu, meng-akuisisi mereka supaya ikut ambil andil dalam suatu gerakan. Bahkan kalo pun mereka ga ngelakuin itu, at least they ever heard that, jadi bener-bener nothing to lose lah.

      Delete
  2. "They are just outliers" Hahahahhahahaha

    ReplyDelete