Kenapa Memilih Kuliah di Meteorologi ITB? (Part 2)

23:06 rafi 31 Comments


Hal-Hal yang akan dipelajari di Meteorologi ITB


Buat adik-adik yang masih bingung kenapa harus kuliah dan tetap stay di Meteorologi ITB, dan sebelumnya belum membaca artikel yang gue buat disini. Sebelumnya gue ingin tekankan, bahwa artikel ini bukan untuk promosi atau endorse jurusan ini, karena gue juga rugi dong ga dibayar sama sekali haha. Untuk traffic juga ngga sih, soalnya peminatnya juga dikit 😜😛😛 Tapi ini lebih ke testimoni sebagai alumni yang alhamdulillah cukup bersyukur pernah mengenyam pendidikan di jurusan dan kampus ini.

Kali ini gue akan cerita tentang Semester 5 dan Semester 6 yang -alhamdulillah- masih menjadi semester favorit gue karena too much drama baik dalam kehidupan pribadi, hingga di jurusan ini. Semester 5 dan 6 ibarat kata Klimaks dari suatu film drama, bertema Kuliah di Meteorologi ITB haha. Baiklah ini dia ......

Meteorologist Expectation
Meteorologist in a nutshell - Illustration

Semester 5 di Meteorologi ITB


FYI, sejak semester 4, gue terbiasa ngambil 24 SKS, dengan harapan lulus 3.5 tahun atau minimal 4 tahun (padahal ga jamin juga dan kebukti lulus 4.5 tahun), serta sayang aja gitu, 20 SKS dirasa kurang greget (ga niat sombong) dan dirasa sangat Gabut. Oke, di semester ini, gue sudah menentukan jalan apa yang akan gue ambil ke depan. Dari 3 Kelompok keahlian yang ada baik itu Sains Atmosfer, Meteorologi Lingkungan, dan Meteorologi Engineering atau terapan, gue menentukan kalo gue akan ambil 2 KK sekaligus, yaitu Sains Atmosfer dan Meteorologi Lingkungan. Kenapa?

Gue sangat suka mempelajari Meteorologi Dinamik (yang isinya turunan-turunan numerik dan rumus-rumus beserta cacing-cacing dan difrensiasi fenomena Meteorologi) yang berguna untuk menjelaskan Fisis Meteorologi numerically. Gue sangat menikmati otak gue diputar-putar untuk menurunkan dan membuktikan rumus-rumus itu, dengan bantuan google, bekal Fisika Matematika (Fismat), dan logic gue.
Baiklah, menjadi peramal/prediksi cuaca sepertinya sangat menarik. Dibekali pengetahuan bahwa challenge meramal cuaca di Indonesia itu luar biasa besar. Kenapa? Yah liat aja secara letak geografis gimana. Diapit 2 benua dan 2 Samudera is not a things loh! Itu artinya, lo harus siap buat meramal kompleksnya cuaca di Indonesia yang theoretically punya 2 sistem monsun, ditambah anomali-anomali gelombang secara zonal dan meridional ....... "Kak itu apa?" akan dengan senang hati ku jawab "Tenang dek, nanti bakal belajar kok 😕"
Tertarik untuk mempelajari Meteorologi Skala Meso nanti, setelah mengenal Prediksi Cuaca secara Numerik secara mendalam nanti. Apakah itu? Meteorologi yang mempelajari fenomena cuaca dalam skala Meso atau 20 - 2000 km lebih tepatnya.
Ingin mempelajari bahasa pemrograman dan tools lain dalam analisis cuaca dan Iklim
Menghindari ilmu elektronika yang sudah tidak disukai dan merasa tidak klik dengan ilmu itu sejak SMP. Iya, bahkan membuat rangkaian paralel dulu, gue tuh dibuatin sama bokap sangkin ga suka sama urusan begitu waktu SMP. Haha
Last but not least, kenapa Meteorologi Lingkungan? Sebagai KK sampingan, jikalau tugas akhir yang diambil akan dirasa sulit. Karena kabarnya, KK ini memiliki tingkat kesulitan TA yang paling mudah dan manusiawi, serta tidak terlalu memutar waktu*
 *Ups padahal ngga juga, TA Meteorologi Lingkungan dan Engineering, theoretically merupakan lanjutan Sains Atmosfer, demi menjelaskan masalah teknis dan lingkungan yang ada

Paket Minor (Kelompok Keahlian) Meteorologi ITB

Nah, karena sudah ditentukan, akhirnya gue ambil ini:
1. Energi Angin dan Matahari
2. Kebijakan Iklim
3. Agrometeorologi
4. Rekayasa Lingkungan
5. Analisis Data Cuaca dan Iklim 1
6. Sistem Informasi Meteorologi
7. Meteorologi Dinamik II
8. Metode Prediksi Cuaca Numerik I


Baiklah, Mata kuliah  berwarna merah adalah mata kuliah pilihan, gue memilih ini karena pure gue suka dan ingin mempelajari lebih lanjut. Yups, Energi Angin dan Matahari kan part dari renewable energy atau energi baru dan terbarukan tuh. Salah satu aset penting dalam penyediaan energi berkelanjutan dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh Energi berbahan bakar fosil dan batu bara. Maka dari itu Energi Angin dan Matahari sebagai salah satu sasaran mata kuliah pertama pilihan gue.

Kunjungan Lapangan Mahasiswa Meteorologi ITB 2012
(Beberapa) Meteorologi ITB 2012 di Lentera Angin Nusantara, Ciheras

Kebijakan Iklim lain lagi, karena gue udah ngambil mata kuliah Perubahan Iklim semester lalu, yasudah gue ambil ini buat memahami bagaimana ide-ide brilliant di-implementasikan sebagai suatu kebijakan dalam lingkup lokal, regional, nasional, dan Internasional. Iya, mata kuliah ini ga pernah sepi peminat btw, dibatasi maksimal 200 orang saja. Isi kuliahnya juga ga itu-itu aja, kita diminta melakukan kampanye, atau mengundang pembicara kelas kakap yang sudah ahli dibidangnya, melihat kondisi lapangan terkait pengaruh perubahan iklim, dan masih banyak lagi. Love and enjoy it!

Nah, adapun rekayasa lingkungan, gue ambil karena disaranin kakak kelas sih buat at least dicoba ambil, karena pelajarannya terkait AMDAL dan IPAL yang mungkin bisa jadi bekal gue untuk belajar terkait HSE juga haha.

Baiklah, bagaimana dengan mata kuliah wajibnya ka? Oke, terkait Analisis Data Cuaca dan Iklim I, lo bakal belajar pengolahan data cuaca dan iklim dengan menggunakan tools yang ada, mostly excel dan matlab. Karena baru pertama kali pakai matlab saat itu, kita benar-benar diajari dari awal banget step by step dan hal-hal apa aja yang bisa dilakuin oleh matlab. Yups, setelah dikasih arahan, tugas yang dikasih juga agak disusahin, tapi jujur itu malah jadi challenge buat gue. Yups, basically Andat I so nthaps so anedh!

Nah untuk sistem informasi meteorologi (Simet) dan Metdin II, gue sendiri ga terlalu minat mendalami itu. Padahal harusnya menarik sih, cuman kadang faktor metode mengajar sangat mempengaruhi sist, so se-mainstream itu biasanya angkatan ga pada suka juga hahaha. Tapi teteup, belajar menjadi suatu tuntutan, basically, harus bisa belajar sendiri baik via google ataupun bertanya dengan kakak tingkat.

Last but not least, Metode Prediksi Cuaca Numerik I, salah satu favorit w karena apa-apa yang gue pelajari di Metdin, Metfis, dan Fismat, diaplikasikan lewat matkul ini. Tapi pake bahasa pemrograman Fortran. Karena ini baru awal banget, produk prediksi biasanya ngga berupa prediksi cuaca (curah hujan berapa mm, kecepatan angin berapa, dsb). Tapi lebih ke pendekatan apa aja sih yang dipake dalam prediksi cuaca. Contoh: Bagaimana output streamline jika digunakan pendekatan hidrostatik dan non-hidrostatik, finite difference dan spectral, barotropik dan baroklinik. "Kak itu apa?" lagi-lagi w akan jawab "Tenang, nanti kalian akan belajar kok. Nikmatin!"

Semester 6 di Meteorologi ITB


Mulai dari semester ini, please keep in mind, buang jauh-jauh rasa ego kalian terhadap diri sendiri, karena mulai dari sini, semua tugas kalian akan dikerjakan secara berkelompok. Bisa jadi dalam 1 kelas dibagi ke beberapa kelompok, atau mengerjakan tugas besar dalam 1 kelas besar (nilai agak sosialis, semua sama rata, kecuali kalian jujur siapa saja yang tidak ikut ambil peran dalam pengerjaan tugas!). Trust me, daripada sakit hati, it's ok for not writing your member's name, while you had done your best to approach them. 

Yaps, as far as I remember, yang gue pelajari saat di Semester 6 adalah: sabar, manajemen waktu, manajemen tim, desain powerpoint, presentasi, acceptance atau penerimaan. Iyah, yang lain adalah bonus hahahahhaha 😭😭😭

FYI, mata kuliah utama di semester 6 tuh ini:
1. Fismat IIB (Bagi yang rencana ngambil sains atmosfer)
2. Metode Prediksi Cuaca Numerik II (Model II)
3. Analisa Data Cuaca dan Iklim II (Andat II)
4. Meteorologi Satelit (Metsat)
5. Hidrometeorologi (Hidromet)
6. Manajemen Informasi Cuaca dan Iklim

Biru: Disertai praktikum

Yah, walaupun hanya 3 praktikum, tapi semester ini cukup hell jika lo dapat tim yang gabisa diandalkan a.k.a. Ilang-ilangan. Belum lagi fismat IIB yang isinya ambigu, MICI yang strict dengan peraturan kelasnya, ataupun Hidromet yang harusnya menarik, namun sayang tidak bisa dimengerti haha.

OK. Dalam keseharian belajar, sebenarnya ga akan terlalu berbeda dari semester-semester kemarin. Cuman yah, karena tugasnya harus kelompok, masing-masing anggota harus punya peran masing-masing. Kalau di Model II, masing-masing orang harus memegang parameter utama meteorologi (Temperatur, Tekanan, Angin, Kelembaban, dan Curah Hujan sebagai output utama yang diinginkan). Kita diminta mencari suatu fenomena ekstrim (di luar hujan es) baik itu berupa angin kencang ataupun hujan lebat yang menyebabkan banjir. Disini kita diminta pakai "What if" methods. Gimana kalau sebelum kejadian ekstrim itu, kita memprediksi cuaca. "Output apa yang akan didapat? Metode apa yang terbaik? Kenapa?" Yah, at least 3 pertanyaan ini harus dijawab sebagaimana mestinya.

Di Model II kita benar-benar mengaplikasikan segala ilmu baik dari fisis, dinamis, statistik, untuk menjawab hipotesis prediksinya baik atau tidak. Kerjaan gue saat ini, sebagai Customer Analyst, bisa direfer ke Business Analyst, most likely mirip banget sama matkul ini. Dalam pengelolaan data, jika ada suatu temuan, harus ditemukan jawabannya "Kenapa?". Menuju kesana bukanlah hal yang gampang, perlu beberapa kajian secara empiris jika diperlukan. 

Di Model II juga, setiap orang emang harus punya peran masing-masing, gue sendiri pake strategi "You guys, just need to do Data Preparation dan Interface", sisanya gue yang ngerjain baik dalam hal jalan cerita, analisis, tebakan fisis, sedangkan untuk pengkajian metode berdasarkan paper, gue serahkan ke beberapa orang buat bantu cari paper pendukung. Di 2 praktikum pertama gue nangis-nangis karena semua plan gue hancur, nelfon bokap 2 hari sekali buat curhat, tidur hanya 3 - 4 jam sehari, makan sempat ga teratur. Disini gue belajar bahwa "Things can go wrong, and no need to regret anything, what I need to do is evaluate, keep moving forward, fixed the fucked-up ones". Ada hal juga yang harus lo perhatikan, kalo setiap orang ga punya semangat yang sama kayak lo, ada yang semangat, ada yang ingin membantu, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali.

Don't focus yourself with the fucked-up ones, it's going to take all of your energy. Just focus with what you got instead. Iyah, tim yang mau dan mencoba untuk peduli
Voila, di 4 praktikum selanjutnya, gue udah berhasil nangkep ritmenya, dan setiap minggunya, hasil kelompok kami makin baik hohohoho

Nah, di Andat II, di awal kalian sudah langsung diasumsikan mengerti detail matlab, which is, langsung pengaplikasian metode analisis ke real data yang udah ada! Nah, hal yang begini nih yang jadinya lumayan gereget haha. Mostly gue habiskan waktu untuk oprek fungsi-fungsi matlab dan scripting. Bagi gue yang udah mendedikasikan diri buat belajar lebih mah ga masalah, cuman kalo kalian ga suka dan merasa ga passion, jadinya ga bagus ih. Beban andat terasa lebih berat lagi karena harus membuat laporan + presentasi + scripting yang semuanya purely belajar dari google. Intinya? Jangan hilang harapan dan harus terbuka untuk selalu belajar.

Kalo gue pribadi yang memang mau fokus ke sains atmosfer, fokus ke 2 mata kuliah ini aja cukup, tapi, karena gue orangnya ngerasa ga begitu jenius dan siap untuk belajar apapun, semua harus diterima dengan lapang dada. Setiap materi akan gue coba catat, ngerti ga ngerti belakangan, karena pasti bakal dipelajari lagi menjelang ujian :") Hidrometeorologi apalagi, ini matkul aplikatif maksimal, dalam tatanan pembangunan infrastruktur, dalam dunia teknik sipil, pertambangan, perminyakan, mata kuliah ini bisa jadi alternatif lain untuk meyakinkan lo punya skill yang tepat. Kenapa? Karena biasanya di dunia itu, pasti diperlukan kajian secara hidrologi, hidrogeologi, dan hidrometeorologi. Diriku pribadi tertantang untuk mempelajari itu, tapi sayang ga bisa fokus ke semuanya. Ini tuh engineering banget hehe. Yasudah gue lakuin yg terbaik aja.

Last but not least, MICI bisa menjadi tempat pelarian dari penatnya tugas-tugas yang lain. Walaupun suasana kelas cukup mencekam karena pembawaan dosen yang serius, namun disini pikiran lo ga terlalu terbebani. Basically, gue menemukan tempat ini sebagai temporary escape dari tugas-tugas lainnya. Pelajarannya manajemen banget, tapi manajemen informasi cuaca dan iklim. Gimana menyederhanakan hasil pengelolaan data yang sebegitu rumitnya, bisa dikemas serapih dan sesimple mungkin, supaya masyarakat bisa memahami informasi tersebut. Simple kan? No not really, ada beberapa pendekatan yang perlu dilakukan, silahkan belajar ini nanti hohohoho.

Gimana? Udah merasa tercerahkan ga mau belajar apa disini? Atau malah terkesan menakutkan? Santai, ini ga semenakutkan itu, bahkan bisa jadi pembelajaran maksimal dan bakal kepake di dunia kerja kok. Gue se-grateful itu pernah masuk Meteorologi ITB, karena sangat membantu gue adaptasi di dunia kerja yg gue geluti saat ini. Iya, sebagai Customer/Business/Data Analyst. Satu pesan gue, mulai tentuin diri lo mau kemana. Lo harus percaya, kalo lo disini pasti ada alasannya, you're here for a reason. Apa itu? Dunno, just tried to find it yourself ya!

Pengumuman Mapres ITB 2015 - Finalis
Pengumuman Mapres ITB 2015 - Hanya sebagai perwakilan FITB hehe

Good luck dek! Do not hesitate to comment below, gue setiap hari cek blog gue kok, jadi in shaa Allah bakal gue jawab :)

Bonus: These people, somehow, helped me passed this extremely hard semester :") Thanks gengs drama!

Geng ghibah di ITB, drama as fuck
Geng Drama ITB

31 comments:

Life Lessons After Two Month working in Jakarta

23:02 rafi 8 Comments


Indonesians still have hope for this messed up world


Being worker in Jakarta, has opened my mind about the humanity itself. First of all, you need to know, that I used to be pedestrian in here. Walking almost 4.5 km everyday (about one hour total) with brisk mode for sure. FYI, in the first two month, I have lost 5 kg by myself, and I am so proud with that. Second of all, just in case I am late, or being lazy, I will take Go-jek, it's only take 8 minutes averagely to go to my office, AIA Central, South Jakarta. Third of all, actually, I probably have more shortcut to go to my office, i.e. I can shorten my time almost 5 minutes, but unfortunately, I used to walk on lane, without seeing so many people and huge building. And I don't like it. It's probably because first I am extrovert, secondly, whenever I saw huge building, I feel encouraged and motivated more (and I love it!).

So, what's so special with tonight's post? Well, recently, I often went to Lotte Shopping Avenue, for redeem my voucher on several restaurants, especially Lotteria, because there are lots promo on Elevenia. I used to go there after my working hour, and once again, I am gonna walk by myself. It's 1.5 km away, I can take Angkot or public transportation, unfortunately, on that time, the path would be so messed up, you can say it's a long-long traffic jam. It might be less effort, but somehow, I will have more sweat, because it's extremely hot down there. So yeah, I will choose walking instead. 

In the middle of my way, I will find several persons, that used to ride their motorcycle on the sidewalk, which is belong to pedestrian or bikers. At first, I am so mad, sometimes, I am gonna yell to them "Please sir, take another way" and they won't listen to me, or probably getting angry also. But suddenly, I realized a huge thing. Yeah, It's in the middle of traffic jam, probably there are thousands of motor right there, which is thousands of drivers also. But only few, going to take pedestrian's right. I realized, instead of seeing these lawbreakers, and getting mad to them. I should see the bright side, what I see, we still had thousands of persons, that's not going to take my right as pedestrian, and keep riding safely, gently, and keep obeying the law. 

I realized, instead of seeing the negativity, why don't we see the positive one? Because, when you just saw the negative ones, your energy would be drained because you are going to be mad, and curse anyone, even somehow you would be blind, blame everyone, that this world is a mess.

BUT NO! We are more than that, we still have hope, we need to realize, in this life, there would be negativity. There would be racists, intolerants, lawbreakers, xenophobic, sexists, homophobs, etc. But we need to take a note, they are just a minority, they are small in numbers, and they must not win this war! Haha and yeah, we do still have the positive side, which is probably supporting our life as a human ourselves. I am extremely grateful to learn these lessons of life, during my time as normal pedestrian, you should try one I suggest, because whenever you walk with yourself in the middle of somewhere, you might think bigger and wider I thought. 

Thank you gaes, I do love sharing these with y'all!

Anyway, here's the bonuses that make Jakarta quite special for me hoho:

Huge Buildings of Jakarta - FX Sudirman
I am talking about these kind of buildings - FX Sudirman (Dokumentasi Pribadi)

Beautiful Sunset of Jakarta
Sometimes got this one - Sunset on Kebayoran Baru, Jakarta (Dokumentasi Pribadi)

Jakarta City as AIA Central point of view
To be inspired by this one - Jakarta City as AIA Central point of view

8 comments:

Kenapa memilih kuliah di Meteorologi ITB? (Part-1)

22:34 rafi 52 Comments


"Raf raf, kenapa dulu pilih jurusan Meteorologi? Kan kebumian ada banyak jurusan. Any specific reasons?"
Yang saya lakukan sebagai Meteorologis
What I really do as Meteorologist (Source: http://charleyfite-eportfolio.weebly.com)

Yaps, pertanyaan ini sering dilontarkan oleh teman-teman atau adik-adik kelas saya terdahulu, baik itu di asrama, maupun di ITB itu sendiri. Lantas mengapa?

Well, pertama-tama, sebelum gue menjawab pertanyaan ini, gue mau ngucapin "Congrats!" teruntuk adik-adik FITB 2016 yang telah menjuruskan, dijuruskan, atau terjuruskan di Meteorologi ITB. Gue tahu, beberapa diantara kalian tidak sudi untuk menginjakkan kaki di jurusan ini, karena sangat tidak terkenal dan terdapat steorotype kalo anak-anak Meteorologi susah dapat kerja haha. Tapi menurut gue sih ga benar, karena semua bergantung pada pribadi masing-masing.

Baiklah, pertama-tama, gue jelasin dulu yah, kalo dulu gue ngambil jurusan ini lewat jalur perminatan. Iya, lewat jalur undangan. Sejak SMA gue udah investasi waktu bermain gue untuk keperluan belajar (biar dapat ranking and stuff), cuman untuk ngejar masuk ITB, as simple as that. 

Lantas, kenapa Meteorologi? Ada apa? Yups, mungkin ada dark story yang ga perlu gue ceritakan ke kalian. Tapi dari gue sendiri udah mendapatkan benang merah kenapa nasib gue dulunya disini. Yups, sedari kecil, gue paling suka yang namanya film bencana, film apapun itu baik Gunung Berapi, Tsunami, hingga bencana iklim, let me say, The Day After Tomorrow (2004) karya Roland Emmerich merupakan film yang paling gue suka. Ntahlah, sejak kecil aku tertarik dengan udara dan kemisteriusannya, kenapa ada angin, kenapa ada hujan, kenapa ada badai, kenapa ada musim hujan, kenapa ada musim kemarau, kenapa ada Tornado di Amerika tapi jarang sekali di Indonesia, "Kenapa?". Semua udah gue pikirkan sejak kecil, dan baru banget gue ngerti waktu  kuliah, physically secara fisis tentunya.

The Day After Tomorrow Movie Poster
Secara gamblang gue kasih tahu ke lo, gue perminatan, tapi dulu waktu TPB sempat tertarik juga kayaknya masuk Geologi, kabar-kabarnya sih dunia pertambangan atau perminyakan dapat membuat lo cepat mapan ...... Tapi benarkah? Faktanya, sejak tahun 2013, dunia tersebut sempat bobrok, tidak lagi menjadi hot topic, bahkan lulusannya pada banting setir. "Alhamdulillah, santai kali raf". 

Balada galau masih gue pegang beberapa bulan setelah masuk Mete. Ada beberapa alasan sih:
Abang asrama, yang gue anggap sebagai mentor gue di ITB dengan segala achievements nya, masuk ke ranah Teknik Industri, belum lagi Bunda (kakak kandung nyokap gue), itu lulusan Teknik Industri juga. Terlihat sangat cemerlang sih TI ini. "Bisakah pindah jurusan di ITB?" terbesit di pikiran gue. Kabarnya bisa! You rather having so much low GPA or ..... having more than 3.5. Dalam tahun itu, gue udah set goal gue, IPK harus diatas 3.5 di semester 4. period.
Ada mata kuliah di awal yang isinya apasih banget. Theoretically, mata kuliah itu kelihatan sangat penting. Namun dari dosennya sendiri yang ngga gue ngerti :") Ntahlah, semangat gaes ntar haha. Gue kasih tahu ya, nama mata kuliahnya Mekanika Medium Kontinu, gue dapat A, tapi gue ga paham gue belajar apa selama 1 semester itu. Soon, kalian bakal ngerasain itu

 Semester 3 dan 4 di Meteorologi ITB


Baiklah, hari-hari pun di mulai, waktu itu gue cuman ambil 20 SKS mengingat masih ada osjur dan sebagainya. Jujur gue nyesal ga ambil 24 haha, karena santai banget njir semester ini. Kurang lebih kalian akan belajar ini

Semester 3
  • Pengenalan Meteorologi dan Klimatologi 
  • Komputasi Meteorologi (Komet)
  • Statistika Dasar
  • Fisika Matematika IB
  • Mekanika Medium Kontinu (Beware!)
  • Pendidikan Agama / KWN
  • Statistika

Semester 4
  • Perubahan Iklim (Periklim)
  • Pengantar Interaksi Atmosfer - Laut (PIAL)
  • Observasi Meteorologi
  • Meteorologi Fisis (Beware!)
  • Meteorologi Dinamik I (Metdin I)
  • Metode Numerik Meteorologi (one step closer to Pemodelan Meteorologi)
  • Pancasila dan Kewarganegaraan

Perlu dicatat, mata kuliah yang gue tebalin itu favorit gue. Iya bener, itu hampir semua matkul haha, kecuali matkul beware yang sampe sekarang gue ga ngerti gue belajar apa di dalamnya (selain mendekatkan gue dengan angkatan gue).

Baiklah, gue ga bakal mungkin jelasin ini matkul secara detail ngapain aja si, karena itu bukan maksud dari tulisan gue. Perlu dicatat, target IPK gue udah tercapai waktu di semester 4, seriusan ini gue bukan mau sombong, tapi ternyata, setelah berproses, gue mengurungkan niat gue untuk tetap ngelanjutin studi gue disini. Di semester 3 dan 4, gue termasuk sangat semangat dan penuh pikiran positif untuk mencoba menerima apa sih mete ini. Dan bener, gue dapat feelnya! Gue somehow belajar pemrograman yang di SMP dan SMA gue bahkan ga pernah gue sentuh. Di SMP gue cuman pake Office, di SMA gue cuman belajar corel draw HHHHHH. Sampailah gue pada posisi mencintai belajar Algoritma pemecahan masalah, dimana otak gue dituntut berfikir secara detail dan tersistem, untuk memecahkan suatu masalah.

Beberapa moment yang gue sangat senangi, ketika gue memprogram suatu data, tau-tau gue bisa munculin gambar spasial Indonesia, lengkap dengan kondisi temporalnya. "Is this sorcery! OMG this is so cool! One step closer to be Meteorologist haha"
.
.
.
Nay, it's not that simple haha.

Ada juga momen gue belajar pengenalan Meteorologi, dimana gue menjadi salah satu mahasiswa aktif yang duduk manis di depan, mengamati, mencoba untuk berfikir secara fisis, dan bertanya jika tidak tahu, menjawab jika diberi kesempatan. Yups, gue ga terlalu perduli apa kata temen-temen gue waktu itu, mungkin terkesan caper atau muka dua, tapi nggak, gue disitu cuman untuk belajar.

Fisika Matematika (Fismat), Statistika, dan Matriks dan vektor (Mavek), menjadi matkul tambahan yang begitu asik untuk dinikmati. Entah mengapa, pikiranku jauh lebih kritis ketika mempelajari ini, belum lagi, menjadikan dunia pemodelan jauh lebih gampang (karena mostly, yang kita gunakan adalah sistem matriks dan vektor), dimana statistika adalah metodenya, ataupun Fismat guna melengkapi analisis fisisnya. Iya, dek, dipelajari dan tetap berbaik sangka untuk semua yang lo pelajari.

Sampailah di Semester 4 yah, gue belajar Periklim dan PIAL, yang materinya mirip-mirip sama Pengenalan Meteorologi, tapi jauh lebih dalam fisisnya. Disini gue juga menemukan salah satu concern gue. Yups, Perubahan Iklim, salah satu yang membuat gue bikin beberapa Project, mendaftarkan diri sebagai Youth Ambassador di suatu organisasi Internasional, dan menjadi pembicara di beberapa negara. Iya, gue jadi lebih mengerti makna film kecil gue The Day After Tomorrow, dan pesan apa yang ingin mereka bawa. It's worth my time to learn that!

Hmmmmm, disini ku juga belajar Metdin yang gue sendiri masih jatuh cinta terhadapnya. Disini, apapun yang gue pelajari tentang mete, dijelaskan secara gamblang dengan rumus-rumus Fisika dibaliknya. If possible, lo bisa mengaplikasikannya ke dalam bentuk numerik juga! Penurunan-penurunan rumus di Fismat, sangat kepake disini. Dan lagi-lagi, gue sangat jatuh cinta dengan itu. Se-menarik dan se-bahagia itu loh, ketika lo bisa ngebuktiin rumus angin geostropik dengan turunan, asumsi, ataupun metode penurunan apa yang lo pake. Disini lagi-lagi otak gue diasah untuk menjadi lebih peka, dalam hal hitungan dan angka, secara sistematis :")

Intinya gini dek, silahkan dicoba dulu! Gue sendiri orang yang sejak kecil selalu didik, "Pantang pulang sebelum berperang!" Iya, rasain dulu, nikmati, barulah buat keputusan lanjut atau tidak. Don't be that person, who just give up without even tried. Huft bgt. Dan sampai detik ini, aku masih belum menyesali segala keputusan yang aku ambil.

Oh iya, last but not least, Thanks for Antari dan beberapa circle yang gue masukin, telah menyemangati dan selalu mengingatkan gue untuk bersyukur.

P.S. Everyone has their own experiences, if you have any questions, just comment below or contact me on Line: rafitanjonggg

Angkatan Meteorologi ITB 2012
Antari - Meteorologi ITB 2012

52 comments:

Menanggapi kontroversi - Saya Indonesia, Saya Pancasila

05:09 rafi 4 Comments


Logo Saya Indonesia Saya Pancasila

Sebuah Kontemplasi pasca Hari Kesaktian Pancasila

Kemarin, di hari kesaktian pancasila, newsfeed instagram, facebook, dan twitterku dibanjiri foto anak muda, yang bertuliskan "Saya Pancasila, Saya Indonesia". Sebagai orang yang sering campaign tentang lingkungan, aku tidak begitu heran, karena aku pun begitu sering mengajak teman-temanku untuk mengenakan template foto yang menyiratkan pesan yang kami bawa. Dalam bentuk acara apapun, kami sering melakukannya. Entah itu pensuasanaan, atau memang pure campaign untuk membawa pesan tersirat. 

Jujur, walaupun aku tidak ikut berpartisipasi pada gerakan tersebut, aku sendiri sangat senang dan penuh keyakinan. Dibalik foto-foto ini, banyak orang yang mulai membuka dan mengeksplor kembali lembaran-lembaran lama, yang bertuliskan makna dari Pancasila. Aku berfikir positif, anak-anak muda ini, mulai me-refresh kembali butiran-butiran pancasila, dan bagaimana mengamalkannya. Yaps, that's the point of this campaign, encouraging youth to understand what it is to be Indonesian, especially those who support Pancasila, as their fundamental ideology through their life.

Namun ternyata, aku masih heran dengan manusia. Kampanye yang begitu positif, yang dibuat untuk mengajak kembali anak muda untuk mengerti apa artinya pancasila, bagaimana menjadikannya sebagai ideologi dasar, yang bisa menuntun generasi ini ke arah yang lebih baik, harus dikotori dengan tulisan-tulisan sinis terkait hal tersebut. Ada yang mengatakan kalimat ini Egois karena menggunakan kata "Saya" bukan menggunakan "Kita". Atau bahkan, ada yang mengatakan bahwa para netizen ini hanya demam dan ikut-ikutan trend belaka, sok nasionalis, sok bhinneka tunggal ika, sok cinta pada keberagaman. OMG, akupun mulai berfikir "Se-pesimis itu kah negara ini? Sampai-sampai aksi seperti ini harus dikritik pedas? Se-pesimis itukah kalian terhadap kami, para millennials yang terkesan amburadul, liberal, tidak perduli aturan, dsb?". Aku akan siap menjawab "Tidak!", aku pribadi masih punya mimpi untuk bangsa dan negara ini, dengan aksi-aksi kami, dengan kampanye-kampanye kami, dengan tulisan-tulisan kami, prestasi kami, yaps, aku masih se-optimis itu.

Ada juga hal yang perlu digarisbawahi, janganlah kalian mengecam seseorang yang memulai dengan "ikut-ikut-an" (dalam istilah positif yah), karena pada dasarnya, manusia dibentuk dengan cara seperti itu, kan?. Kalau diingat-ingat, apa yang kita pelajari sejak kecil juga hasil ikut-ikutan. Tidak ada salahnya juga, kan?. Siapa yang bisa menyangka, kalau orang-orang yang awalnya hanya ikut-ikutan relawan, bisa menjadi aktivis lingkungan, kebencanaan, pendidikan, kesehatan, dan masih banyak lagi. Karena, somehow, dengan ia mencoba ikut-ikutan, ia mulai tertarik untuk mempelajari lebih dalam, ia mau mencoba untuk mengerti, bahwa yang ia perjuangkan, itu benar.

So gaes, masih mau berfikiran negatif lagi?

PS. This post won't judge every Indonesian pessimistic. As pedestrian, I already realize, from thousands of people, there might be several outliers which will be breaking the law (riding their vehicles on the sidewalk), and they might come from every religion, race, or community, but it won't judge those groups at all, because once again, they're just ..... outliers!


4 comments: