Tentang Pilihan (Part 1)

23:44 rafi 10 Comments


Halo gaes,

Jadi hari ini gue mau share beberapa hal dan pengalaman, yang harapannya bisa menginspirasi anak-anak muda khususnya Mahasiswa.

Well, karena saya udah lulus juga, tapi karena jiwanya masih muda mah, masih oke lah ya ngomongin kemahasiswaan :p Moreover, umur dan angkatan kita juga ga beda-beda amat kok, culture-nya mungkin ga terlalu beda lah ya, walaupun angkatan gue itu penutup Gen Y (millenials) sih. Haha

So ..... Ada beberapa pilihan yang sampai sekarang selalu aku syukuri loh, rasa-rasanya kalau di-list bisa ga habis-habis. Namun, akan aku ringkas ke beberapa hal pastinya.

1. Memilih ke Asrama daripada Nge-Kost

Nah, ini pilihan pertama yang aku buat waktu menjejalkan kaki di kampus. Tinggal di Asrama, tepatnya Asrama Bumi Ganesha.

Nah, karena di Asrama ini juga ada seleksinya, mungkin beberapa pewawancara udah mikir kalau gue tuh cuman normatif alasannya. "Untuk beraktualisasi diri, menjadi mandiri, dsb". Padahal tidak, di kelas 3 SMA, hal besar yang gue udah pikirkan matang-matang adalah merantau. Apapun caranya, dimanapun tempatnya, gue ga boleh lagi tinggal di tempat saudara ataupun ayah. Titik. Gue udah sadar, kalau tingkat ke-mandirian gue itu sangatlah dibawah rata-rata. Yaps, terbiasa dibantu sama pembantu, waktu kecil dicebokin, makan disuapin, ga pernah cuci piring, ga pernah nyapu rumah (kecuali lebaran), untunglah gue masih ada rasa iba buat ngebantu ayah jaga kasir dan toko sih waktu dulu. Kalau tidak? Hmmmm, fixed hasilnya kayak abang-abang gue, yang sampe sekarang ga bisa lepas dari ayah gue.

Lantas, kan udah merantau tuh, terus kenapa milih asrama? Bukannya lebih enak hidup sendiri di kosan yah? Ga ada yang ngelarang aku ngapain, ga ada kewajiban ngerjain tugas asrama yang bahkan ngalahin tugas kuliah, dan se-abrek target yang harus dicapai. Hmmmmm, simple, tinggal di Asrama itu, positifnya banyak banget sih:

- Multi-disciplinary students, dari FITB, FMIPA, FTTM, sampe STEI, semua ada.
Nah FYI aja, kalau di ITB, di tingkat 1 itu kita ngejalanin TPB (Tahap Persiapan Bersama) bareng, semua fakultas kecuali manajemen, bakal belajar semua dari awal lagi, jadi titik start-nya sama. Yaps, belajar Kalkulus, Fisika, Kimia, dsb. Nah alhamdulillah, waktu tinggal di Asrama, kalau w ga ngerti sesuatu, tinggal approach anak-anak saja, berdiskusi dan bertukar fikiran sampe akhirnya ngerti konsep secara keseluruhan

- Tidak sendiri.
Jadi, waktu wawancara kami dikasih tahu tuh kalau tingkat 1 dan 2 itu kita ga tidur sendiri. Yaps, sekamar berdua. Walaupun awalnya agak gimana gitu yah, tapi demi uang biaya hidup lebih hemat dan alasan diatas, di tingkat 2 gue juga tahu kalau memang anak-anak tingkat 1 tuh mostly perlu diawasi. Kalau dilepas gitu aja, bisa jadi kuliah mereka terbengkalai loh. Contohnya? Hmmmmm, pasti ada, biasanya tiap angkatan ada contohnya koks. Dan sebisa mungkin itu harus dikontrol.

Lagi-lagi, gue bisa milih dong ya. Dilihat dari kecenderungan gue yang emang lebih suka hidup sendiri, mungkin kostan pilihan menggiurkan, tapi ...... "Mau sampe kapan gue stay di zona nyaman gue?".

- Softskills
Well, walaupun ini bisa diperoleh di organisasi manapun, asrama tuh punya tempat yang spesial loh :p. Jadi kalo kalian tanya gimana gue waktu awal-awal kuliah, ngomong tuh susah kali. Malu-malu, ngomong belepotan, dsb. Thanks to asrama, everyone can speak up their mind, ke-aktifan adalah suatu keharusan, tapi tetep gaboleh ego sama ide yang disampaikan. Belum lagi, kita diberi tanggung jawab dari yang perintilan-perintilan yang terlihat ga penting, hingga bikin kepanitiaan untuk acara minimal se-kota Bandung raya, sampailah dimandati sebagai Kepala Operasional bisnis baru yang emang udah dipropose sama pengurus sebelumnya.

Walaupun hasilnya sangat tidak memuaskan, tapi gue belajar banget lah seberapa penting roles/peran gue dalam menanggungjawabi suatu biro di departemen penting untuk menyongsong murahnya sewa asrama.

I do have a choice to give up in the middle of my first year, or second, or anytime, but I chose not to

Credit by Sandy (Sida Luhur 2012)

Dokumentasi Pribadi


2. Stay pada Prodi Pilihan

Nah, kalian tahu kan yah kalo gue itu sangat mem-promote prodi Meteorologi banget, sampe bikin testimoni segala lagi :")

Well, jujur aja ya, waktu di tingkat 1, gue emang sempat melirik prodi ter-favorit (sebut saja Geologi). Nah, masalahnya gue udah terlanjur kontrak sama ITB lewat jalur perminatan. Gue ga akan bisa pilih prodi apapun itu, pokoknya gitu gue lulus TPB, BOOM, masuklah aku di Mete.

Pernahkah terfikir pindah prodi? Yes, obviously! Gue pernah dengar cara-cara lo pindah prodi, it's rather you're freaking Genius (punya IPK > 3.5) atau nilai lo suddenly jatuh (let say IP < 1). Nah, kabarnya, lo bisa pindah tuh milih prodi mana yg lo suka. IPK bisa memperlihatkan kalo lu capable enough di prodi lain, atau ..... Lo sangat tidak cocok di prodi itu.

Oke, gue langsung mikir cara pertama, gue mau buktiin di semester 4 IPK gue harus > 3.5 ! Caranya? setelah gue hitung-hitung, IP tiap semester gue harus > 3.8 dengan tambahan 42 sks. Mampus lah gue kan ..... "Gimana cara dapatin angka segitu? Fisika gue jelek, kalkulus juga biasa aja, untunglah ga belajar kimia banget". Gue pun memilih untuk belajar dengan sungguh-sungguh, gue aktif di kelas, gue lengkapi seluruh catatan gue, ga pernah absen (unless gue mager banget atau sakit), belajar H-7 UTS atau UAS adalah the least thing I should do. In the middle and the end, eh gue malah senang di Mete :") IPK gue? Tenang, IPK gue udah melebihi target kok.

Which is, I have a choice to change my prodi, but I chose not to.

Antari, Meteorologi 2012


3. Bukannya Liburan, malah ga pulang, eh belajar Bahasa Inggris pula

Well, thanks to Amel dan Oji banget ini sumpah.

Seumur-umur, gue gapernah se-envy itu ke teman baik gue sendiri. Yaps, mereka exchange abroad, oji ke Russia, amel ke Mesir (she had gone to several countries tho). Gue udah sempat ngomong langsung ke orangnya, eh gue nya ditantangin ngomong bahasa inggris kan .... Ciut lah

Yaps, gegara ini, di liburan semester 5, one of hectic semester, gue memutuskan untuk tidak pulang. Gue malah belajar bahasa inggris, gue baca novel bukan terjemahan, gue ucapkan tiap kalimat dengan lantang, gue catat setiap vocab yang gue ga tau arti dan pronouncationnya. Sampailah kelar 2 novel dan bacaan tersebut. In the end, I tried speaking english by standing in front of a Mirror, try to translate all of my presentation into english, and once again, presented it -as if- I speak it in front of lots of Bule/foreigner.

Did it work? YA! Tanpa planning apapun, tau-tau gue kepilih jadi kandidat mapres, presentasi di depan ka-prodi ka-prodi dan Dekan, dan kepilih mewakili Fakultas di salah satu ajang bergengsi itu. Walaupun ga menang, at least gue ngelihat contoh nyata "Diatas langit masih ada langit", yang pastinya ..... "Remember, there's always someone who can do better than you"

The point is .... I have a choice to enjoy my holiday, but I chose not to


4. Udah tahu banyak tugas, malah nyempetin bikin makalah

Nah ... Ini waktu proses pemilihan mapres ya. FYI, semester 6 itu, semester paling ta* di Mete. Gue udah stress banget karena semua tugas adalah tugas kelompok, unfortunately, I didn't get a good/cooperative team. Kerjaan yang harusnya dikerjain 5 orang, biasanya cuman dikerjan 2 - 3 orang, hingga akhirnya kelabakan deh. Frekuensi nangis bertambah, frekuensi nelfon ayah bertambah (2 - 3 kali perminggu).

Don't get me wrong, for me, it's ok for a man to cry, because it's natural! This is our first emotion while we're born to the world, right?

Oke, skip. Jadi, sampailah ke pengumuman bahwa gue salah satu kandidat mapres. Kita dipilih sebagai top 6 persons that had the highest GPA. Nah, karena IPK bukan satu-satunya patokan, yasudah kita diminta berkompetisi lebih lanjut. Kita diminta buat Makalah dalam bahasa Indonesia, tapi abstrak dalam bahasa inggris, dan presentasi juga harus dalam bahasa inggris.

Ditengah kesibukan, dari 6 orang kandidat, 4 orang memilih mundur dengan tidak mengerjakan makalah sama sekali. Sedangkan gue? Ditengah badai semester 6, malah menyempatkan bikin hal demikian. Ada yang perlu dikorbankan memang, waktu. Waktu bermain jadi sangat minim, waktu tidur aku kurangi jadi hanya 4 jam perhari (Biasanya 5 - 6 jam doang).

Yaps, bahkan gue ga expect apapun saat itu. Jadi intinya, gue cuman ikut ngumpulin, coba presentasi walaupun hasilnya jelek parah (dimaki sama kaprodi in a good way), dan ...... "Yang penting ngumpulin, lumayan bisa dikasih sertifikat runner up mapres prodi"

Hahahaha ..... gataunya ngewakilin fakultas sampe final di Ganeca Prize.

Selanjutnya ga perlu gue ceritain, karena kalo dibandingkan sama mapres lain, prestasi gue kalah telak lah pokoknya. Mapres lain udah ke negara nun jauh dimato, gue masih seputaran pulau Jawa :") Thanks to them, gue malah lebih berprestasi setelah ini haha :p

The point is ..... I have a choice to focus only in my academic or using my free time to take a rest, but I chose not to 

Publikasi pengumuman Mapres di HMME (Credit by Kevin)
NB. Sorry, didn't have any documentation for the selection, LoL

-- Monolog

Well,
Dalam kehidupan, setiap manusia pasti punya pilihan
Kalau dilihat, waktu setiap manusia itu sama
Iya, sama-sama 24 Jam, sama-sama 1440 menit, sama-sama 86400 detik
Tapi .....
Pemanfaatannya itu loh yang beda
Ayo berfikir! Coba aja 1 episode Anime mu diganti jadi hal bermanfaat yang lain? Let say, belajar bahasa inggris atau baca buku referensi tiap mapel? Mana yang lebih bermanfaat? You choose!
Ayo berfikir! Coba aja 2 jam main mobile-legend mu, diganti jadi hal yang lain? Let say, ikut kegiatan organisasi positif, dipakai berfikir untuk menyelasaikan masalah, dipakai berpendapat dalam menyampaikan solusi? Mana yang lebih bermanfaat? You choose!
Dan masih banyak lagi .....

Ingat dek, hidup itu pilihan. Setiap pilihan, secara ga sadar, langsung maupun tidak langsung, akan membawa dirimu ke suatu jalur, yang bisa jadi, hasilnya akan benar-benar beda. Bisa baik, bisa buruk, ataupun bisa biasa-biasa aja.

For me, I chose not to be ordinary person, I have things I should handle and focus on. Listing my goals and go towards it and beyond. Quite impossible to be achieved, if I only doing ordinary stuff.

"If you do the work, the rest will follow" - Angelo 'Gyp' DeCarlo (Jersey Boys, 2014) 
Dibuat tanpa niat menggurui ataupun pamer prestasi, melainkan menginspirasi.

Semoga membantu gaes!

Do not hesitate to approach me directly in:

E-mail: rafiharirinst@gmail.com
WA: +6281220406308
or simply just comment it below, I used to check my blog weekly

Best Regards,
Rafi

You Might Also Like

10 comments:

  1. wah iya gan, semua itu memang harus memilih, memilih yang tepat lah intinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaps,
      sesuai dengan quote Bill Gates
      “If you are born Poor its not your mistake, but if you die poor its your mistake”
      Basically it's our choice to be what we want

      Delete
  2. OMG SO cool! Ditunggu kak part-2 nya !

    ReplyDelete
    Replies
    1. Okeee, kalo sempat w bikin tulisan terkait nya yaaaa

      Delete
  3. Hahahaha, what a life ya, niatnya mau pindah jurusan eh malah jadi suka ya haha. Buktinya lo bisa dapat 3.5 njir keren

    ReplyDelete
    Replies
    1. 3.5 is no joke, you put some extra effort to gain that tho. Sangking belajar lebih jauh dan lebih dalam, kan tau tau jadi suka ya ahahaha

      Delete
  4. Noted! Since my english is not really good, might use your method instead nih bang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hope it helped, coba diperdalam ajaaaa, dan otodidak bisa kok asal niat !!!!

      Delete