Kemarau Basah di Indonesia, Apa Penyebabnya?

22:26 rafi 14 Comments


Menduga penyebab Kemarau Basah


- Bukan La-Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD)

- Disebabkan Madden-Julian Oscillation  (MJO)

- Step by step dugaan fisis cuaca


Belakangan ini, gue ngerasain perubahan cuaca di Jakarta yang agak basah. Yaps, baru-baru ini, hujan kerap terjadi di Jakarta. Padahal, berdasarkan yang gue pelajari, secara teoritis harusnya sekarang musim kemarau. Hujan mungkin terjadi, namun tidak akan sesering dan selebat ini. Sebagai lulusan Meteorologi, sudah menjadi naluri gue untuk menduga-duga apa yang terjadi di Atmosfer. Paling tidak, ada 3 kemungkinan yang dapat menjadikan wilayah Indonesia mengalami Kemarau Basah.

1. La-Nina
2. IOD Negative
3. Madden-Julian Oscillation (MJO) 
Gue urutkan dari kemungkinan secara global dulu, yakni La-Nina dan IOD Negative. Keduanya berperan sangat besar dalam mempengaruhi pola cuaca global, khususnya Indonesia.

Pola Curah Hujan di Indonesia


Baiklah, pertama-tama gue akan menjelaskan secara ringkas terkait Pola Curah Hujan di Indonesia. Konsep pertama yang harus kalian pegang, sebenarnya di Indonesia itu tidak mengenal musim. Kalau mau melihat musim secara lengkap, bisa merujuk ke daerah lintang atas. Daerah disana memiliki 4 musim utama, dari musim panas (summer), gugur (fall), dingin (winter), dan semi (spring) yang bergantung pada posisi matahari terhadap bumi. Nah di Indonesia gimana? Jatuhnya musim panas sepanjang tahun. Nah tapi, karena curah hujannya berubah-rubah secara musiman, mangkanya musim di Indonesia lebih dikenal dengan musim Hujan atau Kemarau. It should be clear right here.

Nah dalam dunia Meteorologi, kami mengenal istilah ini dengan Pola Curah Hujan. Di Indonesia sendiri, terdapat 3 pola curah hujan yang mempengaruhi masing-masing wilayah. Berdasarkan (Bayong, 1999) pola curah hujan tersebut adalah sebagai berikut.

Region A: Tipe Monsun
Region B: Tipe Ekuatorial
Region C: Tipe Lokal
Source: (Kadarsah, 2006)

Nah jika didefinisikan lebih lanjut,

Pola curah hujan Monsun adalah wilayah yang memiliki perbedaan jelas antara periode musim hujan dan kemaraunya. Sehingga sifatnya Unimodial (1 puncak musim Hujan di DJF, dan 1 puncak musim Kemarau di JJA) 
Pola curah hujan Ekuatorial adalah wilayah yang memiliki 2 puncak musim hujan setiap tahunnya dan curah hujannya cukup tinggi hampir sepanjang tahun. Jika dilihat secara time-series, akan terlihat seperti bimodial (dua puncak curah hujan). Nah, sesuai namanya, wilayah yang memiliki curah hujan Ekuatorial berada disekitar ekuator. Untuk fisis lebih lengkapnya silahkan merujuk pada paper-paper terkait
Last but not least, Pola curah hujan Lokal yang distribusi hujannya berkebalikan dengan wilayah monsun. Hal ini dipengaruhi oleh faktor geografis wilayah seperti pegunungan ataupun cekungan. Daerah-daerah pegunungan seperti bukit barisan biasanya memiliki pola curah hujan yang seperti ini. Fisisnya gimana? Wah harus dijelaskan di tulisan yang berbeda :p
Berdasarkan gambar diatas, wilayah Jakarta harusnya masuk ke zona A. Artinya, di bulan JJA, wilayah ini mengalami puncak musim kemarau, kan? Yaps, kalo ga percaya silahkan plot time-seriesnya biar kelihatan sinyal unimodial-nya. Atau lebih gampang lagi, coba olah data curah hujannya pake Fast Fourier Transform, biar kelihatan sinyalnya dalam domain waktu. Pasti sinyal untuk periode 12 bulan-an paling tinggi sist.

Baiklah skip :") Nah, otomatis, harusnya Hujan jarang terjadi dong? Atau paling ngga, ga sampai se-badai kemarin itu deh. Tidak! Sebaliknya, dalam beberapa waktu kemarin, hujan kerap terjadi, badai, dan berlangsung hampir setiap harinya selama seminggu-an deh. Kenapa?

Nah, gue melakukan riset sederhana,

Pertama, coba kalian cek sini. Disini kalian bisa cek indeks El-Nino secara mingguan. Coba tinjau yang bagian Nino 3.4, disitu proporsinya untuk minggu lalu hanya sekitaran 0.0 - 0.6. Nah ini masih dalam kategori normal, bahkan karena nilainya positif, ini mengindikasi ke El-Nino (which is bakal bikin kering Indonesia). Oke, mari kita bantah teori 1!

Indeks NINO 3.4 (Source: National Oceanic and Atmospheric Administration)
Kedua, gue coba cek deh Indian Ocean Dipole. Gue ga akan ngejelasin fisis IOD ini disini. Karena bakal panjang. Keep in mind, IOD negatif bikin Indonesia tambah basah, sedangkan IOD positif bikin Indonesia tambah keren. Eh, unfortunately, coba cek disini. Kalo dilihat, nilai IOD masih bergerak sekitar 0 (which is normal) dan cenderung ke positif. Lah, harusnya Indonesia sedikit kering dong? Ups, nyatanya tidak! Oke, mari kita bantah teori 2 !
Source: BOM Australia

Nah, terakhir, bagaimana dengan Madden Julian Oscillation (MJO) ? Masih dari situs yang sama Bureau of Meteorology (BOM) Australia, ternyata dari tanggal 20 - 28 Juli, Osilasi MJO sedang bergerak diatas pulau Martitim Indonesia. MJO adalah osilasi gelombang panas yang ketika lewat akan membawa uap air yang cukup banyak ke wilayah yang dilewatinya. Hal ini memungkinkan terjadinya Kondensasi dan pembentukan awan hujan di daerah tersebut.
Latest update of MJO Index
Nah, parahnya, kondisi sekitar gue sangat mendukung analisis gue loh! Karena MJO ini gelombang panas yah, waktu kemarin itu, asli Jakarta menyengat banget! Panasnya gila-gilaan dan ga kaya biasanya. Endingnya terus ketebak deh, sore atau malamnya bakal hujan gitu. Kadang Lebat banget, kadang hujan sedang. Dan terjadi dalam beberapa hari secara berturut-turut.
"Bang ini bakal kejadian sampe kapan?"
Kalau dilihat dari indeksnya, MJO nya udah melemah tuh di wilayah Pasifik. So, calm down gaes! MJO nya udahan kok. Sisa deh kemaraunya lagi :") Saran gue, sesuaikan aja pakaian, karena musim kemarau gini cuacanya panas kering gitu haha. 


You Might Also Like

14 comments:

  1. Baru tau ada yg namanya kemarau basah. Dulu pas sekolah mungkin diterangin ini tapi gak memperhatikan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya nama musimnya tetap Kemarau gan, tapi karena sering hujan di musim ini, jadi deh sebutannya Kemarau Basah. Faktornya? BIsa lokal ataupun global kayak kejadian kemarin

      Delete
  2. Wah mantap nih gan, jarang banget baca yg beginian, thanks gan untuk sharingnya...
    Sangat bermanfaat...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama mas/mbak, keep sharing our knowledge to the world lah, make it immortal haha

      Delete
  3. sana juga baru tahu ada kemaru basah
    pengetahuan baru bertambah
    niche blog

    ReplyDelete
    Replies
    1. *Nice

      Terima kasih telah berkunjung ke artikel ini mas :)

      Delete
  4. nambah pengetahuan ne ane baru tau kemarau basah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih gan ^^ The perks of reading is .... getting new knowledge in every detail you seek. I guess it's worth your time lah hehe

      Delete
  5. Tapi musim diindonesia skrang gak bisa diprediksi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks to Climate Change, it's getting harder to predict Season in Indonesia. Saya akui prediksi musim di Indonesia memang sulit mas, selain karena perubahan Iklim yang tadi saya bilang, sejatinya Indonesia yang diapit 2 benua dan samudera itu membuat Indonesia punya karakter musim yang sangat kompleks. Terlalu banyak variabel baik secara global maupun lokal yang mempengaruhinya. Bahkan bentuk permukaannya juga complex kan ..... Banyak gunung dan cenderung sangat tidak rata, akan mempengaruhi atmosfer atasnya.

      Hmmmmm, butuh 1 tulisan lagi untuk nge-jelasin ini wkwk

      Delete
  6. Gw baru tau kalo ada kemarau basah, selama ini taunya kalo kemarau itu y kering

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hanya sebutan aja mas. Umumnya musim kemarau itu memang kering. Tapi kalo kejadiannya kaya sekarang, tiba-tiba sering turun hujan, yah jadilah Kemarau Basah. Faktornya? Selain yang diatas bisa jadi faktor lokal seperti konvergensi angin yang memungkinkan pembentukan awan di suatu daerah. Need more research to conclude that

      Delete
  7. Thanks for your effort to write this simple analysis kak..... Not simple sih, tapi gue belajar cukup banyak lah step by step pembuktian hipotesis lo. Looking forward to meet you in person banget ka!

    Question: How's exactly sure you are with this?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sure, you are welcome! Yang penting logicnya juga dapat, menduga fisis Meteorologi itu gampang-gampang susah, tapi kalo secara fisis dan dinamisnya udah ngerti, cari reason-nya gampang.

      Cth: Kenapa saat La-Nina Indonesia menjadi lebih basah? Karena uap air dibawa dari pasifik ke Indonesia. Kenapa? Pergerakan udara kan dari tekanan tinggi ke rendah. Artinya tekanan di Pasifik lagi tinggi nih, sedangkan di Indonesia rendah. Apa yang menyebabkan perbedaan tekanan? Suhu permukaan laut (SPL)! Artinya SPL di Indo lebih panas dari pasifik.

      Yah begitulah, cari benang merahnya harus se-detail dan bisa banyak penyebabnya. Percis dengan kerjaan gue sebagai Customer & Business Analyst wkwk

      Delete