Analisis Mekanisme Hujan Badai di Bandung (Studi Kasus: 13 November 2016)

12:02 rafi 2 Comments


Hipotesis Mekanisme Hujan Badai di Bandung


Kemarin siang hingga malam, Bandung terus dilanda hujan hingga banjir terjadi dimana-mana, bahkan Indonesia Tenggalam (Intel) di ITB, tenggelam beneran ......

Intel Tenggelam (Source: Shared photo by Azizah, 2016)

Stasiun KA (Source: Shared photo by Azizah, 2016)


Bagaimana tidak, hujan yang terjadi di siang hari merupakan hujan kategori lebat (> 20 mm / jam). Dan hujan ini terjadi selama 2 jam berturut-turut hingga jumlah CH sekitar 51 mm / 2 jam .....

Intensitas curah hujan terukur oleh Automatic Weather Station (AWS) di ITB 
(Source: Shared photo by Azizah, 2016)

Cuaca pada siang hari tersebut tak hanya diselingi oleh hujan lebat, namun juga disertai oleh Badai petir yang terus menyambar ..... Hal ini membuat penulis menganalisis, adanya awan Cumulonimbus (Cb) yang sedang terbentuk di atas .....

Ilustrasi penampakan awan Cb - Indah dan majestic af namun proses di dalamnya luar biasa barbaric
(Source: strangesounds.org)

Bagaimana awan Cb terbentuk?

Hal ini dikarenakan adanya proses adiabatik lembab (moist adiabatic process) yang terjadi di atmosfer ..... 

Pada umumnya, proses adiabatik memang terjadi di Atmosfer. Ketika parsel udara mengembang, hal ini mendorong lingkungan melakukan kerja untuk melakukan penyesuaian terhadap suatu sistem parsel tadi. Namun, dikarenakan konduktivitas termal udara sangat rendah dan luasnya daerah sistem yang terlibat, membuat hampir tidak adanya transfer panas antara sistem dan lingkungan. Sehingga, karena lingkungan terus melakukan kerja tanpa mendapat energi, energi internal lingkungan akan berkurang, secara fisis dapat terlihat suhu lingkungan yang terus menurun. 

Logikanya, ketika suhu lingkungan terus menurun, sedangkan sistem terus menerus mendapat pasokan energi dari panas latent yang dilepas uap air saat berkondensasi menjadi tetes awan. Maka terdapat perbedaan densitas diantara keduanya. Dan proses adiabatik memperparah hal tersebut ..... Sehingga pertumbuhan awan konvektif (yang cenderung menjulang keatas) terjadi, dan terbentuklah awan Cb.

Its main ingredient: Much water vapor in the atmosphere! 

Saat ini, Indonesia sedang dilanda oleh 3 fenomena atmosfer .....
1. Monsun Asia Musim Dingin (MAMD)
2. Strong La-Nina
3. IOD Negatif (http://www.news.com.au/technology/environment/the-three-climactic-conditions-which-suggest-a-long-and-difficult-bushfire-season/news-story/1db2aea5af7108c4419a00f1406e9387)

Yulihastrin (2010) menyatakan bahwa monsun memiliki peran yang penting dalam peningkatan dan penurunan curah hujan di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya uap air yang terbawa saat melintasi laut china selatan.

Ilustrasi Monsoon (source: http://www.goes-r.gov/)


Habis El-Nino, terbitlah La-Nina ..... Kedua osilasi atmosfer yang biasa disebut ENSO ini memang hanya terjadi pada periode inter-decadal (2 hingga 7  tahunan). Namun, ENSO sendiri memiliki pengaruh sebesar 50% terhadap variasi curah hujan di Indonesia (Estiningtyas dkk., 2007). Saat ini La-Nina kuat sedang terjadi, La-Nina terjadi karena adanya penguatan prevailing trade winds sehingga kolam panas yang seharusnya berada di pasifik sedang bergeser ke Indonesia, yang membuat Indonesia menjadi kaya akan uap air! 

Ilustrasi La-Nina (source: https://www.theweathernetwork.com/)

Adapun Indian Ocean Dipole negatif, dimana keadaan Suhu Permukaan Laut (SPL) samudera hindia barat lebih dingin daripada SPL di timur, sehingga terjadi perbedaan tekanan dan terdapat pergerakan angin yang membawa uap air melimpah dari afrika ke australia melewati samudera Hindia dan Indonesia. 

Intinya ..... Uap air di Indonesia, dikarenakan ketiga fenomena ini, sangat melimpah! Dan ini menjadi bahan utama terbentuknya hujan maupun badai.

Waktu Hujan di Bandung

Penting untuk diketahui, bahwa distribusi curah hujan terhadap waktu hampir bisa dikatakan seperti grafik 1/x


Fisisnya, semakin tinggi intensitas curah hujan, semakin sebentar waktu hujan terjadi ..... Artinya, awan Cb yang membuat intensitas curah hujan tinggi, seharusnya terjadi sebentar (paling lama 1 hingga 2 jam). Namun, hujan yang terjadi kemarin memiliki durasi yang cukup lama. Mengapa?

Hal ini penulis duga terjadi karena adanya front panas yang terbentuk setelah badai terjadi. Front adalah batas pertemuan dua massa udara yang mempunyai sifat fisis (suhu dan densitas) yang berbeda (Tjasyono, 2004). Front panas terjadi ketika terdapat massa udara panas yang bergerak kemudian menabrak massa udara dingin yang diam. Karena massa udara dingin memiliki densitas udara yang lebih berat daripada massa udara panas. Maka, massa udara panas tadi dipaksa naik, hingga pada ketinggian tertentu, terjadilah kondensasi. Awan yang terbentuk pada front panas biasanya awan stratiform (biasanya nimbostratus), yang tipis dan luas. Intensitas curah hujan yang dihasilkan rendah, namun durasinya lama/awet.

Penting untuk dicatat, front sangat jarang terjadi di Indonesia, karena perbedaan suhu udara di Tropis tidak begitu tinggi. Massa udara di benua tropis cenderung massa udara panas yang memiliki densitas rendah. Lantas, darimana datangnya massa udara dingin kemarin? Jawabannya adalah dari badai yang terjadi sebelumnya!

Kondisi kota Bandung yang berbentuk cekungan, berada pada ketinggian diatas 700 mdpl, dianalisis dapat membantu pembentukan Cold Pool atau kolam dingin ..... Sesuai definisinya, Cold Pool adalah daerah yang memiliki suhu udara relatif dingin pada peta cuaca yang biasanya ditunjukkan pada isoterm tertutup. Nah, dengan adanya Cold pool ini, Front panas dapat terbentuk. Massa udara panas yang kaya akan uap air (ingat 3 fenomena cuaca yang sedang terjadi) dapat dibawa oleh angin monsunal atau juga angin laut yang terjadi di siang hari hingga menabrak Cold pool yang ada di Bandung. Untuk itu, setelah badai cumulonimbus selesai, pembentukan awan nimbostratus terjadi. Hal ini menghasilkan hujan yang tidak terlalu tinggi intensitasnya namun durasinya lama! Hingga hampir jam 20.00 baru selesai loh.

Yaps, demikian analisis mekanisme Hujan di Kota Bandung pada 13 November 2016. Karena Bandung ini cukup unik strukturnya, Hujan seperti 13 November bisa saja terjadi di lain waktu ..... Banjir seperti tsunami ataupun air bah bisa terjadi dimana dan kapan saja ..... Jika melihat adanya badai petir disertai hujan deras, lebih baik untuk berteduh ataupun stay di tempat yang aman :) Jangan diterobos gaes! Stay safe!


You Might Also Like

2 comments:

  1. Wow! Well described banget bang! Analisis dari hal mendasar hingga ke hal-hal mendetail seperti pengaruh lokal dan sebagainya. Cool!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you! We used to learn this way of thinking on Meteorology ITB, karena Meteorologi itu sendiri hal yang cukup kompleks, dengan bentuk produk fenomena yang bisa berbeda-beda dengan ketidakpastian yang tinggi.

      Delete